Ibu-ibu di jalan Salib, Sebagai Simbol Keimanan
Lentera Cakrawala - Jumat Agung tahun ini, jalan salib di Stasi Oelmambai Paroki Oesilo,Oecuse Timor Leste menjadi saksi dari aksi yang menakjubkan. Sejumlah ibu-ibu dari komunitas setempat memilih untuk mengambil alih memikul salib, dimana tugas yang biasanya dilakukan oleh para pria dalam tradisi keagamaan Katolik.Dalam perayaan yang penuh dengan keberanian dan kekuatan, para ibu-ibu ini menunjukkan bahwa mereka juga memiliki peran yang penting dalam menanggung beban dan menderitaan Yesus Kristus.
Dalam aksi yang penuh dengan pengorbanan, mereka melangkah maju dengan langkah tegap, memikul salib yang memberikan beban fisik yang besar namun,Aksi ini menjadi peringatan akan penderitaan Yesus Kristus, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap gender yang melekat dalam tradisi keagamaan setiap tahun. Para ibu ini membuktikan bahwa kekuatan dan keimanan tidak mengenal batas gender.
Komunitas yang menyaksikan aksi ini memberikan tepuk tangan meriah dan doa yang penuh penghargaan. Mereka menyaksikan keberanian dan keimanan yang luar biasa dari para ibu ini, yang menginspirasi dan menguatkan semangat mereka dalam perayaan Jumat Agung.Jurnalis LENTERA CAKRAWALA mengkonfirmasi Pater Jhon Tamonob,SVD. sebagai pemimpin Misa pada saat itu membenarkan bahwa peristiwa tersebut terjadi secara spontan mereka maju dan ambil alih salib saya juga rasa terharu sekali, padahal Bapak-bapak yang siap gantian bawah salib tapi ibu langsung ambil alih tanpa ada kesempatan sebelumya.; Ujar Pater Jhon Tamonob,SVD.
Aksi ini menunjukkan bahwa ibu-ibu tersebut menunjukkan kepada Gereja Katolik seluruh dunia bahwa kekuatan sejati berasal dari keimanan dan kasih. Memikul salib bukan hanya tugas para pria, tetapi tugas kita semua sebagai umat manusia yang beriman.Aksi yang dilakukan oleh para ibu ini bukan hanya meninggalkan kesan mendalam pada komunitas mereka, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia. Mereka bahwa keimanan dan keberanian tidak mengenal batas atau kekuatan untuk mengubah tradisi dan meraih kesetaraan dalam kehidupan keagamaan.
(Yustus Tefi)