Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan FMIPA Dipaksa Maju dalam Kontestasi Pemira Tanpa Administrasi Lengkap
Lentera Cakrawala, Malang– Sejumlah mahasiswa dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Malang terpaksa maju dalam kontestasi Pemilihan Ketua Ormawa Mahasiswa Unisma (Pemira) 2024 meskipun tanpa kelengkapan administrasi yang diwajibkan.
Keputusan ini menambah keprihatinan di kalangan mahasiswa, terutama di FMIPA, di mana salah satu calon bahkan saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA.
Beberapa mahasiswa yang terlibat mengungkapkan bahwa mereka di dorong untuk maju dalam pemira. Salah satunya adalah Diki Prasetyo, seorang mahasiswa FMIPA yang juga sedang menjabat sebagai Wakil Ketua BEM FMIPA. Beberapa dosen dan civitas Fakultas FMIPA merasa tidak di anggap, pasal nya mahasiswa yang maju tanpa ada koordinasi dna komunikasi dengan pihak dekanat.
Diki menyatakan bahwa "Saya sebenarnya masih menjabat sebagai Wakil Ketua BEM FMIPA, dan saat ini ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Namun, saya dipaksa untuk maju dalam pemira tanpa adanya koordinasi yang jelas dari pihak fakultas. Bahkan, administrasi untuk pencalonan saya belum lengkap," ungkap Diki.
Kondisi serupa juga dialami oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran. Mereka merasa tidak memiliki persiapan yang cukup, baik dari segi administrasi maupun dukungan dari fakultas. Mahasiswa Kedokteran mengungkapkan bahwa dia di dorong maju untuk mengikuti pemira sebagai calon wakil presiden, tanpa ada kesiapan yang matang roja’ mahasiswa kedokteran mau gak mau mengikuti intervensi untuk maju sebagai calon wakil presiden, dia juga mengungkapkan bahwa dia udh mengerti kalau diri nya hanya dijadikan alat politik untuk menarik masa mahasiswa kedokteran.
Kekecewaan ini juga dirasakan oleh pihak dekanat Fakultas Kedokteran dan FMIPA. Dekan Fakultas Kedokteran, menyayangkan adanya tekanan kepada mahasiswa untuk maju dalam kontestasi pemira tanpa persiapan yang matang. "Kami sangat menyayangkan adanya situasi ini. Harusnya proses pemira dapat dilakukan dengan koordinasi yang baik antara dekanat dan mahasiswa. Semua calon harus memenuhi persyaratan administrasi yang jelas agar pemira dapat berjalan dengan adil dan transparan.
Hal serupa disampaikan oleh Dekan FMIPA, Bahwa paksaan ini sangat tidak baik buat kedepan nya, pasal nya calon yang maju di paksa.
Keputusan untuk melibatkan mahasiswa dalam pemira tanpa adanya persiapan administrasi yang jelas menambah tantangan bagi sistem organisasi kemahasiswaan di Universitas Islam Malang. Banyak pihak berharap agar ke depan, komunikasi antara dekanat dan mahasiswa bisa lebih diperkuat, sehingga proses pemira dapat berjalan dengan lebih transparan dan profesional.